Wednesday, June 11, 2008

the story of us.

again, an old one..

If one day that moment comes
When one of us or both
Have doubts with our togetherness
Just remember one thing
That we have a history behind us
A history that is ours and ours alone

The first time we said yes
The day when we came home to each other

The birth of our children
And the sleepless nights that came after

The first day of schools
The first baby steps

The holidays and birthdays
The hospitals and principals offices

The running around chasing little naked angels after bath
And cuddling in our bed reading ‘guess how much I love you’ before bedtime

The dreams and passions
And the midnight chats

The fights and make ups
The laughter and cries

All the ups and downs of life
The life that we share
The rollercoaster ride
That we faced together

No one could ever compare to what we had
Neither none can offer the same
Our story of life
Binds us forever

Just remember that
We have a history.
And we are the history itself.


040308.
for my husband-my Imam, bestfriend, brother, teacher, soulmate..

Tuesday, June 3, 2008

about the choices in life.

Sering sekali gue dengar orang bilang begini..
“soalnya gue ngga punya pilhan lain”,…

Entah kenapa gue merasa sangat terganggu dengan kata-kata itu.
Rasanya ngga adil buat Sang Maha pencipta, kalau kita bilang begitu.
Karena gue yakin Allah SWT selalu kasih kita pilihan, dan memang manusia tercipta dengan akal untuk berfikir, untuk memecahkan masalah atau -paling ngga- berusaha, dan melihat semua pilihan yang ada di depan mata, even itu pilihan yang tampak ngga mungkin untuk dilakukan.
Asalkan kita ada kemauan, pasti disitu akan ada jalan. Asalkan kita bersabar dan berikhtiar. Berusaha dan yakin sama diri kita sendiri. Dan ngga lupa, positive thinking pastinya.

Well, that’s my personal opinion.
Menurut gue, instead of bilang bahwa ngga ada pilihan, lebih baik kalau kita bilang “ini adalah pilhan terbaik menurut gue”, atau “ ini pilihan yang ingin gue ambil, dan gue yakin ini adalah yang terbaik”.

Seorang teman baik gue (thanks, ochie..) pernah bilang, bahwa kalau kita ngga bisa rubah situasi, kita musti coba untuk rubah cara pandang kita. Jadi kata-kata seperti diatas menurut gue juga adalah suatu afirmasi positif yang dilakukan buat meyakinkan diri kita sendiri bahwa kita sudah mengambil keputusan yang terbaik, even itu hanya menurut kita sendiri, dan in the end of the day mungkin kita baru akan sadar bahwa kita benar.
Dan yang paling penting, bahwa kita selalu diberikan pilihan olah Yang Maha Kuasa dalam hidup, sekecil dan se-ngga mungkin apapun itu.

Daripada saat kita bilang bahwa pengambilan keputusan karena ngga adanya pilihan lain, itu juga membuat kita akan menjalani pilihan yang diambil dengan ngga ikhlas. Dengan berat. Dan berasa kayanya everyday berkorban untuk sesuatu yang ngga ada habis-habisnya.
Pastinya bakal bikin cape banget…

That’s my personal opinion though.
Mungkin akan beda kalau kata-kata ‘ngga punya pilihan lain’ itu cuma defense atau kamuflase supaya yang nanya ngga nanya-nanya lagi ya...haha..
Different story maybe…


010308.

the-twenty something-mom of 3.

i wrote this one on my 29th bday, while contemplating my life..

Today is my 29th birthday, and there’s only one thing that went across my mind.
I can’t wait to turn 30 next year.

Aneh kan? Strange but true.
This year, Insya Allah, I’m going to be a mom of three children.
And in the age of 29 (is still a twenty something situation?), it’s kinda hard for me –personally- to handle.

Selama ini gue memang merasa agak berat menjadi ibu beranak dua dengan usia masih 20an dan tampak fisik belasan tahun J bukannya ngga bersyukur lho.
I used to love it when people thought I was much younger than my chronological age.
Tapi seiring dengan waktu dan perubahan status serta pergaulan, persepsi lingkungan tentang usia gue mengarah ke negative menurut gue pribadi. Instead of pujian, gue malah merasa terkadang di-under estimate, dipandang sebelah mata, dilecehkan statusnya (seriously), dan sebagainya. Sering juga buat bahan ejekan dan lawakan (emangnya tukul?), atau buat yang belum kenal, kadang dikira anak kecil yang MBA..huhu..hiks..

Maybe sometimes they didn’t mean to hurt my feelings, but they managed to do it, very well. Gue sejujurnya ngga tau apa yang musti gue lakukan untuk membuat diri gue tampak ‘tua’ kalau memang ngga bisa kelihatan ‘mature’ (karena untuk keliatan mature lebih susah daripada untuk keliatan tua, menurut gue). Secara fisik gue sudah pernah coba untuk mengganti tampilan ‘cover’ gue. Make up, feminine look, heels..
It ‘s just not me.
And people thought it was hilarious, the idea of me wearing odd blouses (baju emak2 n tante2), make up and especially… heels!! What a nightmare!
Sampai akhirnya kembali ke casual with sneakers or flats.
Habis akal deh gue.
Sampai bingung, apa biar bisa dibilang ibu-ibu gue musti pakai konde? Halahhh…cape deh..
Sampai pusing mikirinnya..

Anyway, a friend told me that for you to ‘look’ mature, you need to ‘be’ and ‘act’ mature.
Not just the outside, but also the inside.
So the next question is.. am I childish? Could I be more childish than my sons?
Well.. you know what?
I just found out,
That if I kept whining about this issue… I am.
Mustinya kan gue ngga perlu pedulikan omongan orang lain, wong yang ngejalanin hidup ini gue. Dan toh mau diapain lagi, karena emang bener gue masih muda, tampak muda tapi rombongan sirkus udah berderet di belakang. Dan toh I’m proud to be a mom.
And whatever they say, I’m not just an ordinary mom. I’m one hell of a mom.
Ya kan… gue mustinya bisa feel good about myself.
Kan katanya lagi mencoba ‘a positive mind’ –way of life..

Phew..
Sayangnya it’s just theory. Ngga gampang nyuekin omongan orang, terutama buat gue yang suka sensi dan gampang tersinggung. Sepertinya gue memang akan terus annoyed dengan kondisi ini..
Hmph. So maybe I am childish.
Tapi paling ngga, bener deh, kalau gue sudah turn 30 and people ask about my age, I could have a defense that I’m a 30 year old mom of 3 with no wrinkles to worry about..
Ha!
So still..
Can’t wait till I turn 30.. *sigh*


190208.
My 29th bday is almost over-
Oh- and btw, as you get older, bdays seem to be so less-special..

missing Melbourne.

I miss Melbourne.
I miss the trams and the libraries.
I miss the parks, playgrounds and Sunday markets,
Even though we’re most likely to get caught shopping there (or anywhere..).
I miss the cold winds and the sudden rains.
I miss the long hot shower bath in the winter.
I miss Bobby Flynn on Australian Idol and waiting for Big Brother’s up late news in the middle of the night.

I miss walking down the streets to my favorite butcher.
Strolling kaka with one hand, plastic bags on the other, and a huge tummy with dhyas still inside.
I miss passing by the park with the wooden playground.
And having kaka whining, asking for a go down the slides.
Then wait for him to stop while having a swing myself.

I miss the cold mornings when I wake up feeling so alone and miss home so much.
Then walking to the kitchen and turn on the CD with ten2five playing ‘good morning Indonesia’.
Making breakfast for everybody else except myself.

I miss the hectic, busy and stressful daytimes.
When I used to sing songs and rhymes all day long,
Jumping around and being silly.
Only wanting to see kaka’s smile.
Laughing all the time while holding back tears.
Pushing myself to go outside so kaka won’t be bored.
Then rush back home remembering that I haven’t wash any of his bottles.

I miss the quiet and lonely afternoons
When I only have kaka to share it with before dhyas came along.
And kept anxiously looking at the clock
Wishing that my husband will knock on the door any minute now
And then I won’t be so alone anymore.

I miss the windy nights
When I watched all my loved ones asleep in front of the tv
And still couldn’t go to bed before finishing the dishes.
While listening to Slank’s ‘ku tak bisa’
and wishing I could hear Adzan from a mosque near by.

Then I usually felt so cold, so alone, so quiet, so empty.
Wishing that I was back home.
Where it is always warm.
Not because of the weather, but simply because it’s just.. home.

Hmm..
I don’t miss Melbourne so much now…
For I am home at last.

020308.
Thinking about life in Melbourne in the middle of the night.

expecting the unexpected.

Once again, I’m expecting the unexpected, ladies and gents.
About 5 month ago I found out that I was` pregnant, again.
At first it was shocking, to be honest. Since the birth of Madhya aka dhyas, we were planning on taking a bit of a rest first. Since kita berdua kan pakai kontrasepsi, jadi awalnya memang sangat mengejutkan, tapi kita akhirnya berfikir bahwa this is God send. Bahwa ini memang jalannya. Dan kita melihat banyak positifnya kok, dengan adanya kehamilan ini. At least gue capenya sekarang, nanti tinggal menggapai mimpi aja kan ;p

Tapi tetep aja, banyak bermunculan berbagai reaksi yang mostly heran, bertanya-tanya, dan sometimes sinis, dengan pertanyaan klise, such as:
“hah? Hamil lagi? Gila ya loooo?!”
“hari gini punya anak 3?!”
“apa? Kok bisa hamil lagi? Kenapa? Emang kurang?”
“ya ampyuuun, rajin amet, ga ada kerjaan ya?”
“subur amet sih jenggg”
“doyan apa maruk?”
(yang terakhir ini jujur bikin gue panas euy)
tapi ya khafilah tetap berlalu aja.

Sebagai manusia memang awalnya gue punya keraguan, apalagi gue yang ngga pede-an ini. Kepikir apakah kita mampu, dari segi apapun juga, mulai finasial sampai membagi perhatian ke tiga anak? Apalagi yang dua masih lagi adjust dengan banyak hal baru seperti kepindahan dsb. Terutama lagi kepikir dhyas yang kayanya masih kecil banget. Masih lagi jadi attention seeker, dan merasakan memang jadi pusat perhatian. Rasanya bingung banget. But again, as I said before, ini adalah sebuah rezeki tak terhingga yang memang juga merupakan ujian terbesar sebagai manusia, menerima tanggung jawab dari peran sebagai orang tua. Just imagine, hidup seorang manusia ada di tangan gue n ayahnya lho! Phew..

Memang repot dan cape, apalagi saya yang tidak ber nanny ini memang punya value untuk ngurus anak sendiri. Berat memang. Tapi gue yakin sih, ga ada kata ga mungkin. Untuk mempersiapkan anak-anak pun gue mencoba jauh-jauh hari. terutama untuk dhyas yang sekarang berasa jadi sangat manja dan mulai annoying aja. Tapi ya gue fikir, this is his last chance to be the last child.. aduh.. kasian amet ya, kesannya adiknya lahir buat dia akan jadi bencana aja gitu..haha.. no, no.. it’s not gonna be like that kan. Yang ada kelahiran si kecil nantinya, insya Allah, akan menambah kelengkapan kami sebagai keluarga dong ya. Nothing’s gonna change for the others kan. Insya Allah, gue akan selalu berusaha punya quality time dengan masing-masing anak. It’s gonna be hard work (yang mana sekarang juga udah mulai hard work nya), I know. But I’ll survive. It’s gonna be all fun kok. Just stay focus on the positive things, and you’ll pass it feb. ya kan…

Anyway.. yang aneh, sempet sharing dengan beberapa teman senasib yang sudah/sedang hamil anak ketiga, bikin gue mengambil beberapa kesimpulan..
1. hamil ketiga-terutama dengan jarak dekat kaya gue- itu emang berat banget. Entah kenapa.. mungkin juga karena secara fisik dan mental tubuh kita butuh waktu sebenernya untuk memulihkan diri, dan tampaknya belum kesampaian udah musti kerja keras lagi.
2. lebih emosional, mungkin karena udah ada dua anak sebelumnya yang juga lagi heboh2nya. Jadi cape fisik n hati bikin cepet naik darah.
3. suami lebih cuek, kecuali teman gue ditto yang kayanya malah makin mesra aja sama ibu ika hohoho… kayanya ga pernah absent mijitin kakinya tuh! Wakaka..
(yang pasti kalo laki gue musti disambit dulu baru mijit)
4. lebih deg2an secara finasial… ya iya lah.. ini mah ga perlu dibahas deh, bisa2 satu chapter sendiri..

dan seperti biasa, kalau gue hamil gue akan..
1. mabok berat di awal kehamilan, kadang ya sampai akhir kehamilan masih suka muncul.. (kali ini anti nasi goreng, laptop, sama yang jijik2 kaya biasa)
2. punya penciuman super, ada yang kentut radius berapa kilo juga kecium.. (hiperbolanya kumat nih, eh tapi serius lho)
3. super sensi, karena biasanya aja udah sensitive abis, sekarang jadi 100 x lipat
susah banget makan, maunya juajajannnnn… terus..
4. capean dan idle banget..
5. insomnia berat..baru bisa bobo jam 3, pernah jam 4.. bangun lagi jam 6 karena kaka sekolah..fiuuh..

so that’s the way it is.
Oh, and one thing, sebenernya juga semenjak mabok liat laptop, gue jadi rehat nge blog nih. Padahal baru aja mulai semangat lagi sesudah pindah. But I’m better now. Phew, it’s good to be back…
Jadi dear friends, wish me luck ya, dalam penantian yang selalu bikin deg2an ini. Sebenernya gue masih kepikiran dengan operasi waktu dhyas kemarin, masih agak2 trauma-ish (bahasa apa sih ini?). Tapi ya memang musti dihadapi kan. Ini nih kalau dipikir salah satu jihadnya perempuan ya, hamil dan melahirkan. It’s so freakin Amazing. I’m so grateful Allah SWT gave me all these chances. Hope I’m doing the best, and won’t let Him down, though. Doakan aja semua yang terbaik buat gue dan keluarga ya..
We sure need lots of prayers!
Thanks for all the support!

040308.

sisa cerita dari reuni.

Hey friends,
i hope i'm not boring you with topics from my reunion yah..
cuma pengen banget share aja deh, secara gue lagi all mushy and sensitive banget.. (emang berkesan banget juga sih reuninya)

waktu gue reuni kemaren, ga tau knapa gue seneng banget ngeliat tingkah laku orang2. saling curi2 pandang, saling menilai satu sama lain, even behind their backs :) lucu aja..
eniwei.. pas awal2 baru dateng, gue sibuk nengok kiri kanan buat cari2 lagi orang2 yang udah lama banget putus hubungan, sambil terus aja sibuk bergosip sama thia (sahabat udah kaya sodara dari jaman batu - pasangan hari itu). tiba2 gue ngeliat sosok yang bener2 beda dari semua orang yang ada di ruangan saat itu. cowo itu dateng dengan rambut gondrong, jeans belel yang mlorot2 ala anak punk jaman sekarang, sama tshirt kucel biasa gambar band punk gitu. lengkap dengan segala asesorisnya.
thia n beberapa temen gue sibuk ngomentarin..

"siapa sih itu"
"kok ga berubah aja sih penampilan"
"dateng ke reuni kok berantakan"
…sementara gue langsung mikir one thing in mind, ni orang pasti musisi...

bener juga, ternyata berikutnya dia naik panggung buat ngisi acara. dia adalah candra aka che dari band cupumanik. dan gue baru ngeh kalau orang itu adalah temen lama yang pas sma gue bahkan ga kenal. anak sos6 (kelasnya jauh banget). tapi tampangnya gue inget karena sering liat pas acara band sekolah. gue inget dia juga sebagai temen yang nge add gue tiba2 di fs, dan saat itu gue ngga ngenalin dia sama sekali.
pas naik panggung dia bawain beberapa lagu. dan hampir semuanya gue suka. diantaranya walking after u nya foo fighters, sempurna nya andra & the backbone.. keren banget.
saat itu kayanya ga banyak yang nyimak karena semua orang sibuk ber nostalgia sambil makan, tapi gue bener2 terkesan dengan penampilan dia saat itu. pulang reuni, gue langsung ol dan send comment di fs nya (ekspresif amet ya) isinya gini:

hey there,
great performance at the reunion yesterday!
love it when u perform 'walking after u' dengan latar belakang foto temen2 yang udah 'pass' duluan.. bikin gue merinding.
gue salut banget, seneng banget bisa liat ada orang yang berhasil melawan arus dan mencapai mimpi kaya lo. bikin gue juga semangat menggapai mimpi gue..
thanks for inspiring!
too bad we didn't get to know each other kemaren ya.. hehe..
congrats ya chandra!
good luck with everything in life!
keep reaching for the stars..
...

that's it.
mungkin kesannya aneh ya. tapi gue yakin dia bakal seneng dengan respon gue. karena emang bener gue salut sama keberaniannya. gimana dia melawan arus dengan menjadi sesuatu yang diimpikan. hebat banget.
gue jujur aja memang langsung inget banget sama lagunya john mayer 'no such thing', itu juga lagu favorit gue dari JM. lagu itu tentang gimana JM melawan arus, berjuang meraih mimpi. bener2 menginspirasi gue.
dan si candra ni bikin gue iri, karena selain berani dia juga yakin sama mimpinya.. (sementara gue kebanyakan mimpi, ga fokus, huh! saatnya untuk fokusssss!)
yang bikin kaget, baru aja gue terima comment balesan dari dia. bikin gue makin respect juga sama dia. ini dia balesannya:

halo febie.. makasih comment-nya.
wah senang sekali ketemu teman lama di fs :)
sayang sekali kita ga tegur sapa di reuni kemarin.
makasi udah simak gue nyanyi, ga nyangka ada orang yang nyimak hehe, gue di atas panggung cuma berfikir ingin mengiringi teman-teman makan:)
tentang mengejar mimpi, ya..ini memang impian gue dari sejak smu, gue hanya meyakini, setiap orang punya takdir dan peran untuk menjadi apa di dunia ini, mungkin musisi dan penulis yang bisa gue manfaatkan, karena memang kemampuan ini yang di kasih sang Maha Rencana :) dan memang kitalah sang arsitek nasib untuk diri kita sendiri :)
keep in touch ya

tulisan blog lo seru dan inspiratif :)
respect
-candra a.k.a che
...

nah itu balesan dari dia. lucu ya.
pas sma aja kita ga saling kenal. cuma ngeh orang nya aja. pas reuni pun kita ga saling ngomong. sekarang kita bisa saling 'menghargai dan mengagumi' (well gue sih yang kagum)
lucu banget aja..
sekarang temen gue candra ini punya band indie namanya cupumanik dan bermukim di bandung. sering manggung juga bareng band2 gede kaya padi, rif, gigi, dsb. dan suka tapil di tv. hehe ini cuma sekedar cerita yang berkesan aja ya teman2, moga2 bisa menginspirasi kalian juga.. sama kaya gimana dia menginspirasi gue.

bener kan, memang ngga ada salahnya datang ke reuni.
Kita bener2 ngga akan pernah tau apa yang akan kita dapetin kecuali kita jalanin aja. Semuanya pasti akan turn out positive, as long as we keep our mind positive too.
It’s all fun, though. Loved it.
No regrets, honest.
cya.

Sunday, November 25, 2007

The reunion.

Makin dekat tanggal reuni SMA angkatan gue, makin bikin gue banyak berpikir dan juga bernostalgia. Akhirnya setelah beberapa hari yang lalu, sms dengan salah satu teman lama, gue pun mulai mendapat insight untuk menulis tentang reuni ini.

Why go to the reunion? What is the main reason for coming?
Well, let me tell you that in the beginning, I wasn’t even so sure about coming.
Gue ga yakin alasan untuk datengnya apa. Apa karena kangen temen2 SMA? Karena SMA gue muridnya banyak banget, otomatis terdiri dari banyak golongan, dan memang gue termasuk golongan anak yang asik2 aja di kelas. Ga banyak gaungnya di luar kelas. Ekskul yang gue ambil taekwondo yang meski jumlah anggotanya banyak tapi kalah jauh gaungnya sama cheerleader atau dance.
Jadi teman SMA yang gue kategorikan bisa dikangenin itu kebanyakan temen sekelas gue, yang mana mereka ini masih sering gue temuin paling ga tiap buka puasa bareng. Selain itu, seberapa banyak ya temen sekelas yang akan datang nantinya?

Jadi apa dong alasannya? The next thing that went across my mind was, to show my old friends the person that I’ve become. Kayanya yang ini alasan klise banget ego tiap individu. Pengen nunjukkin keberhasilan dalam hidup, jabatan karier dengan kartu nama keren, bentuk fisik yang mungkin jauh lebih matang dan menarik daripada waktu di SMA, pasangan hidup dan keluarga yang sempurna, titel sepanjang kereta api… dan sebagainya. Tapi kalau dipikir lagi, gue kayanya masih biasa aja, masih ngga menganggap hidup gue lebih dibanding hidup orang lain, karena tentunya hidup tiap orang kan beda, tergantung yang menjalaninya.
Gue memilih untuk jadi stay at home mom, dengan tetap beraktualisasi diri dan mencari uang dengan bekerja di rumah. Jadi soal karier dan kartu nama bisa dicoret aja. Title mentok di s1 yang walau begitu gue amat mensyukurinya, karena masih bisa kuliah di universitas negeri yang membawa nama Negara. Jadi kalau mau panjang-panjangan ya.. wassalam aja. Soal fisik, waduh kalau kata orang sih gue masih sama menariknya kaya dulu J jadi mungkin ngga perlu dibahas ya. Tapi memang soal keluarga.. hmm, even though they may not be perfect on paper, but to me they are. They are my life. My world. My Universe.
Okay, so I could just bring my family then.

The problem is, as I say that we are not perfect on paper, my ‘imperfect’ children hate being in the crowd. Hate parties. And all that stuff related to those issues.
And their ‘imperfect’ mom doesn’t want to be bothered by their wining and grumpy faces all day because they’ve been forced into doing what they hate the most. Just for playing the role of a perfect family in front of moms old high school friends.
Oh my god.
I just realized something.
Alasan alasan gue diatas bikin gue merinding. What has this reunion made me? Gue ngga kedengeran seperti gue. It made me thinking about faking my life. My happiness.
Wah ngga deh. Gue musti cari alasan lain. Gue ngga mau dateng bukan sebagai gue.

So what else..
Then something hit me really hard. Ada dua buah email yang ditujukan buat panitia. Mempertanyakan apakah diri mereka worthy enough untuk dateng ke acara reuni. Wah jauh lebih parah dari gue. Kalau gue bingung masih mikir sendiri. Ini udah bingung terus langsung counter attack ke panitia. Waduh. Gue ga bisa berhenti mikir. What were they thinking? Who are these selfish people?
Then I wrote a response, gue bilang why be so negative? Kalau cari alasan untuk dateng susah, ya ga usah mikir kenapa musti dateng. Jangan mikir why go to the reunion.
Mikir aja, why not?
Who knows who will we meet there. Kita juga ga akan tau apa yang akan kita dapet sepulang dari reuni. Entah perasaan puas ternyata mantan belum merit, perasaan bangga karena karier paling terlihat cemerlang, perasaan senang jadi pusat perhatian karena hidung yang tambah mancung, atau perasaan-perasaan lainnya.
Kita juga ngga akan tau info-info apa yang akan kita dapet nanti, soal kerja, parenting, rumah tangga, networking bisnis… basically, anything could happen.
Dan semua hal bisa terlihat jadi keuntungan kalau kita bisa selalu ambil hikmahnya. Bisa keep our mind as positive as they could be.
Well after all, manusia itu kan makhluk opportunis.
Jadi setiap hal yang kita lakukan mustinya sih punya benefit buat kita ya.
So now, I have a reason.

Strangely enough, I’m not that relief.
There must be something else.
Then I had the chance of sending a text to my old friend. Still a good friend of mine though. Temen gue ini lugas. Idealis. Kalau ngomong nyelekit tapi cerdas. Anak hukum jadi kayanya bisa panjang urusan kalau ngajak debat..
Dia seperti semua orang langsung tanya, apa alasan gue untuk dateng. Ngga tau kenapa gue rasanya pengin impress dia dengan bilang networking.
dia lalu mebuat gue berpikir bahwa jawaban itu klise. Gue jadi malu sendiri. Aneh, kenapa musti malu kalau itu memang alasan gue?

Setelah sms-an cukup lama, kesimpulan akhir dia ngga dateng karena ada acara. That was an easy way of saying, I just don’t wanna go. No need to know my reasons.
End of conversation.
Phew. What a guy. I admire him though. Different story. End of discussion.
But then, he made me started to think again.

Gue merasa bahwa banyak banget hal yang sudah terjadi sama gue setelah SMA. Setelah lulus SMA, kita semua tentunya bergerak menuju jalan yang berbeda. Mengalami pengalaman yang berbeda. Menemukan diri masing-masing dengan cara yang berbeda.
Rasanya menarik kalau kita bisa melihat hasil perjalanan hidup teman-teman lama dalam mencari jati diri. Rasanya pasti menarik kalau bisa lihat dan kenalan lagi dengan teman-teman lama kita yang udah memperbaharui dirinya. Up grade their selves.
And then we could get to know each other all over again.
So it’s actually not just like meeting old friends, but it’s kinda like also meeting new people. Which I love to do.
We were in a process back then. So we weren’t completed yet. I say that 10 years is enough to have progress, even it’s as simple as having a haircut. Or getting married. :)

Waktu SMA dulu, gue masih menilai segala sesuatu dengan berbagai dogma dan prasangka yang dibentuk oleh konformitas dan kesetiaan terhadap peer. Termasuk penilaian terhadap orang lain. Yang ini boleh ditemenin, yang itu jangan. Yang ini cukup level untuk diajak hang out, yang itu terlalu tinggi. Semua digolongkan ke dalam kotak- kotak dan dinilai berdasar hitam dan putih. Golongan A stay inside the group please, never be seen talking to one of those B’s or C’s. Not even a nod. As simple as that.
Setelah SMA berlalu, gue belajar banyak hal. Mulai lebih open minded. Love meeting other personalities and their different perceptions.
Dan anehnya, gue mulai banyak mengenal lebih dalam teman-teman SMA gue yang dulu bahkan mungkin ngga kepikir bisa disapa. And it was heaps of fun. Discovering these people, these old but new friends. Thinking outside the box. Breaking all those silly group rules. Leaving all the judgement behind.

I could actually relate to some of these old friends.
And we’ve became good friends since.
Gue sadar bahwa gue pengin dateng dengan diri gue yang baru, dengan pola berpikir gue yang baru. Dengan confidence yang baru.
Dateng sebagai individu dan bukan bagian dari suatu golongan.
Buat kenalan lagi. Dan berharap bisa mengenal ‘teman lama yang baru’ lebih baik lagi. It’s gonna be interesting.

So if you like remembering the good old days, so be it.
If you love to meet new people, I bet there will be loads of new people there.
Neither one, you could always use the networking reasons. :)

There you have it. My reasons for going to the reunion.


Febie saka.
Depok, 3 days before reunion.